Posts

Showing posts from July, 2015

My Perfect Toy : Another Love - Part 3

Image
Satu minggu selama kepergian Freasha dari rumah benar-benar membawa perubahan besar dalam hidup Rafa. Setiap pagi, saat baru saja selesai mandi dan menatap ke arah ranjang, Rafa terpaku. Biasanya, Freasha telah menyiapkan pakaian kerja untuk Rafa disana. Ketika pria itu berada di dapurpun pikirannya langsung melintaskan sosok Freasha yang tengah membantu Lucy menata makanan di atas meja. Atau saat Rafa melewati jendela tempat biasa Freasha berdiam. Untuk kesekian kali Rafa membeku. Entah sejak kapan hatinya mengharapkan sosok itu benar-benar ada di sana. Duduk diam dengan tatapan lurus keluar jendela. Lalu biasanya ia akan menoleh dan menyapa saat Rafa berjalan melewatinya. Sering kali wajahnya tampak khawatir kala Rafa hendak keluar di malam hari. Oh ya ampun, bagaimana bisa kini Rafa merindukan wajah itu? Bagaimana bisa Rafa berharap dapat mendengar suaranya? Sayangnya, Rafa harus menelan bulat-bulat harapan itu sebab ia bahkan tidak mengetahui dimana gadis itu berada. Rafa merasa ke

My Perfect Toy : Another Love - Part 2

Image
Rafa menghempaskan tubuhnya pada sandaran sofa. Pria itu baru saja menyelesaikan rapat dengan salah satu klien penting, namun sialnya sepanjang rapat berlangsung ia tidak mampu berkonsentrasi sama sekali. Pikirannya benar-benar kacau, hingga ia harus menahan malu karena beberapa kali tertangkap tengah melamun dan tidak fokus pada pembicaraan. Syukurlah, rapat tersebut tidak berlangsung begitu lama. Kini ruangan telah sepi, hanya tersisa Rafa serta Dany yang merasa perlu meminta kejelasan dari pria itu atas perilaku anehnya sepanjang rapat tadi. “Sebenarnya apa yang terjadi denganmu?”, Dany bertanya seraya menatap Rafa dengan tajam. “Apa maksudmu?”, Rafa berpura-pura tidak mengerti arah pembicaraan Dany. Dany mengangkat sedikit sudut bibirnya. “Rafa, Rafa. Kau masih saja melupakan siapa aku. Apa perlu aku menjelaskan kepadamu kalau aku adalah orang yang paling mengenalmu kawan?”, Dany menyilangkan kedua tangannya di depan dada. “Berhenti berpura-pura Rafa. Aku tahu ada sesuatu yang meng

My Perfect Toy : Another Love - Part 1

Image
Pagi telah datang, diiringi munculnya sang mentari yang tampak menyelinap di balik awan. Cahayanya yang hangat merembes masuk melalui celah jendela kamar Rafa yang terbuat dari kaca, membuat pria itu menggeliat sembari menyipitkan matanya. Perlahan tangan Rafa bergerak meraih jam weker yang berdiri tegak di atas nakas, lalu meletakkannya kembali. Dengan enggan ia bangkit dari rebahan, mengusap wajah dan beranjak dari tempat tidur.  Rafa melangkah keluar dari kamar dan seketika tertegun saat mendapati Lucy yang tengah menata hidangan di atas meja makan. Entah mengapa, Rafa seolah melihat bayangan seorang wanita yang duduk di atas kursi roda tengah membantu Lucy. Dan saat menyadari dirinya hanya berhalusinasi, ia memijit pelipisnya dan memilih segera pergi dari tempat itu.  Rafa memutuskan untuk mencari udara segar dengan bersantai di teras rumah. Tetapi saat melewati jendela tempat Freasha berdiam biasa, pria itu menghentikan langkah. Lagi, Rafa seolah melihat gadis itu tengah duduk dis

My Perfect Toy : Hurt - Part 3

Image
Rafa menjatuhkan tubuhnya di atas sofa. Seperti biasa, tempat yang menjadi pilihannya untuk melepas penat adalah salah satu kelab malam terbesar di pusat kota, yang sekaligus menjadi tempat berkumpul ia dan teman-temannya. “Ada apa lagi denganmu?”, tanya Dany yang kontan menegakkan tubuh saat melihat kedatangan Rafa. “Ekspresi wajahmu kelihatan seperti ingin membunuh seseorang” Satrio yang duduk di sebelah Dany tertawa mendengar komentar temannya. “Bukankah ekspresi Rafa memang selalu seperti itu? Tak jauh berbeda dengan pembunuh berdarah dingin”, timpalnya dengan wajah tanpa dosa. Rafa memilih tidak menggubris ocehan kedua temannya. Tangannya bergerak meraih botol wine dan menuangkannya pada gelas kosong di hadapannya. Seperti orang kehausan, Rafa menandaskan isi gelas itu dalam satu tegukan. Nyaris saja Rafa akan menuangkan kembali wine ke dalam gelas ketika tangan Dany bergerak merampas benda itu. “Terakhir kali kau mabuk, kau merepotkanku. Aku tidak mau itu terjadi untuk yang kedua

My Perfect Toy : Hurt - Part 2

Image
Freasha terdiam dan menunduk kemudian. Gadis itu menarik napas dalam-dalam. Pikirannya menimbang-nimbang, apakah sebaiknya ia menceritakan kepada Reza tentang keadaan yang sesungguhnya. Dan akhirnya ia sadar, Reza dan Hima lebih dari sekedar sahabat untuknya. Mereka adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki setelah kepergian kedua orangtuanya. Maka pada akhirnya, cerita itu mengalir begitu saja. Berawal dari kecelakaan yang dialami Freasha, yang membuatnya bertemu dengan seorang wanita paruh baya yang baik hati. Wanita itu bertanggung jawab atas segala pengobatannya. Tetapi sayang, kecelakaan yang dialami mereka membuat wanita itu harus meregang nyawa tepat seminggu kemudian. Dan beberapa hari sebelum kepergiannya meninggalkan dunia, wanita itu memperkenalkan Freasha dengan putranya serta meminta mereka untuk menikah. Tentu saja, dengan alasan ia merasa harus bertanggung jawab atas kecacatan yang dialami oleh Freasha, pasca kecelakaan yang menimpa mereka. Reza mendengar cerita Freash

My Perfect Toy : Hurt - Part 1

Image
Freasha menatap pantulan dirinya pada cermin di hadapannya. Beberapa menit yang lalu si kembar Anna dan Anni telah membantu Freasha berganti pakaian, dan kini tubuh mungilnya terasa begitu hangat dalam balutan sweater berwarna hijau. “Terimakasih”, ucap Freasha kepada kedua gadis yang berdiri di sisi kanan kirinya seraya tersenyum. Kedua gadis itu membalas senyum Freasha dengan manis. “Kembali nyonya”, sahut mereka bersamaan. “Ya sudah kalau begitu ayo kita keluar. Tuan Reza pasti sudah menunggu Nyonya di meja makan”, Anna berkata dengan riang. Freasha mengangguk. Sekejap kemudian Anni sudah meraih kursi roda Freasha, membawanya keluar dari kamar dengan Anna yang menyusul di belakang mereka. Kedua gadis kembar itu membawa Freasha menuju ruang makan. Benar saja, kala mereka tiba di ruangan itu, tampak Reza telah duduk disana. Pria itu mengulum tersenyum. “Ayo kita makan”, ucapnya sembari berdiri dari duduk dan mengambil alih kursi roda Freasha dari tangan Anni. Saudara kembar itu kemudi

My Perfect Toy : Confusion - Part 3

Image
“Freasha, kau baik-baik saja?” Tanya Reza, dengan cepat menghampiri Freasha. Suaranya terdengar khawatir. Dengan cekatan ia membuka jasnya dan memakaikannya pada tubuh Freasha yang basah. Freasha tidak menjawab. Gadis itu hanya mengikuti gerakan Reza dengan matanya. “Kau tahu, tadi Hima menghubungiku. Dia mengatakan kau sedang dalam kesulitan, dan dia tidak bisa membantumu karena sedang berada di luar kota. Jadilah aku segera pergi dari kantor untuk menyusulmu kesini”, ucap Reza selagi ia membantu Freasha berpindah dari kursi roda ke dalam mobilnya, dan memasangkan sabuk pengaman. Freasha masih tidak menyahut. Ia hanya memandangi Reza. Bahkan ketika pria itu telah masuk ke dalam mobil dan mengambil posisi di sebelahnya, tepatnya di bagian kemudi. Mata Freasha tak lepas memandangi sahabatnya itu. Dalam benaknya Freasha membayangkan, andai pria yang tengah melakukan berbagai hal baik padanya sekarang ini adalah Rafa, tentu ia tidak akan merasakan sakit bertubi-tubi seperti saat ini. Ya,

My Perfect Toy : Confusion - Part 2

Image
Dengan cepat Freasha memutar kursi roda dan  membawanya kembali ke kamar. Tangannya bergerak meraih sebuah tas dari balik pintu dan dengan cekatan memindahkan beberapa pakaian yang ada pada lemari ke dalamnya. Freasha sudah kehilangan kesabaran yang selama ini berusaha ia tahan. Bagaimanapun, dirinya adalah manusia biasa. Ia tidak bisa selamanya mengalah dan menerima begitu saja segala bentuk perlakuan buruk Rafa. Segala kata-kata kasar pria itu yang begitu menyakitkan hatinya. Semua sudah selesai. Freasha memilih mengakhiri semua dengan pergi dari kehidupan Rafa. Ya, begitu lebih baik daripada berusaha untuk bertahan di sisi pria itu dan menjadi hancur perlahan-lahan. Sebab nyatanya, Rafa tidak pernah berubah. Masih tetap membencinya. Dan mungkin, kebencian pria itu tak akan pernah berakhir. Freasha meraih ponsel dari atas nakas. Dengan bergetar jari-jarinya menari di atas keypad ponsel tersebut. Setelah mendial nomor seseorang yang kini  menjadi harapannya, Freasha menempelkan benda

My Perfect Toy : Confusion - Part 1

Image
“Rafa, aku… hamil…”, Freasha berkata dengan suara yang bergetar. Susah payah ia menahan agar getaran itu tidak menjalar ke sekujur tubuhnya. Terlebih saat membayangkan reaksi Rafa setelah ia mengucapkan kalimat itu. Dan benar saja, saat Freasha mencoba mengangkat wajah untuk menatap Rafa, ia dapat melihat pria yang tengah berdiri di hadapannya itu membatu.  Rafa membeku. Mata elangnya lurus-lurus menatap Freasha. Dengan tatapan terkejut dan tak menyangka.  “Apa… maksudmu?”  “Aku hamil Rafa. Aku mengandung… anakmu”, sahut Freasha.  “Apa?!”, pekik Rafa tak percaya. Pupil matanya membesar. Bagaikan ada sebuah bom yang meledak di kepalanya saat mendengar pernyataan Freasha. Susah payah ia mencerna deretan kalimat itu. Freasha mengandung? Dan bayi yang ada dalam kandungan gadis itu adalah anaknya? Bagaimana bisa?  Rafa masih berusaha berpikir hingga beberapa detik kemudian sebuah senyum merekah di bibirnya. “Kau bercanda”, ucap pria itu dengan nada getir.  “Tidak Rafa. Aku tidak bercanda. A

My Perfect Toy : Pregnancy - Part 3

Image
“Apa yang kau lakukan, Lucy!!!”  Lucy tersentak kaget. Tubuhnya menegang seketika saat mendapati Rafa tengah berdiri di hadapannya. Dengan kondisi jas yang basah. Astaga. Karena terlarut dalam lamunan, Lucy sampai tidak menyadari kedatangan Rafa. Bahkan menyiram sang majikan dengan selang air yang tadi ia gunakan untuk menyiram tanaman.  Berbanding terbalik dengan Lucy, wajah Rafa tampak memerah menahan amarah. Tangannya bergerak mengusap wajahnya yang basah. Pria itu memandang Lucy dengan kesal.  “Ma-maaf kan saya, Tuan. Maafkan saya...”, Lucy cepat-cepat meminta maaf dengan raut menyesal pada wajahnya.  Rafa mendengus kesal, lantas dengan segera melangkah masuk ke dalam rumah. Ia menghempaskan tasnya dengan sembarangan ke sofa, dan segera membuka jasnya yang basah akibat siraman Lucy. Sesaat pandangan pria itu tertuju pada jendela tempat Freasha biasa berdiam. Namun gadis itu tidak ada di sana. Rafa menghela napas sejenak, lantas melangkah menuju kamarnya.  ====  “Dimana dia?”, tanya

My Perfect Toy : Pregnancy - Part 2

Image
Sebelum pergi, Rafa menemukan secarik kertas di atas meja makan. Isinya adalah beberapa pesan yang mengingatkan Rafa untuk tetap menjaga kesehatan, makan dengan teratur dan istirahat yang cukup. Siapa lagi yang menulisnya jika bukan Freasha. Gadis itu, entahlah. Padahal Rafa selalu terang-terangan menunjukkan kebencian padanya. Sengaja mengucapkan kata-kata yang menyakiti hatinya. Namun dia seolah tak peduli dengan bendera perang yang dikibarkan oleh Rafa.  Freasha tetap memperlakukan Rafa layaknya seorang istri memperlakukan suaminya. Membuat Rafa kian hari kian kacau. Tentu saja, akibat pergolakan aneh yang belakangan timbul memenuhi hati dan pikirannya. Namun Rafa tetap berusaha membentengi dirinya untuk tidak terpengaruh akan sikap gadis itu. Dan ia juga harus membunuh dalam-dalam keinginan hatinya untuk memberi kabar pada Freasha.  Tetapi meski demikian, Rafa selalu memantau keadaan orang-orang di rumahnya. Ia membayar seseorang untuk selalu mengawasi mereka. Untuk segera memberin

My Perfect Toy : Pregnancy - Part 1

Image
Satu bulan sudah berlalu sejak kejadian itu. Dan selama kurun waktu tersebut, hubungan antara Rafa dan Freasha masih tetap sama, begitu jauh. Bahkan seminggu belakangan Rafa pergi ke luar kota demi urusan pekerjaan. Hingga Freasha harus melewati hari-hari hanya berdua dengan Lucy.  Freasha merindukan Rafa, tentu saja. Dalam hati ia selalu bertanya bagaimana kabar Rafa disana. Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia makan dengan teratur? Apakah dia memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat? Dan segala pertanyaan itu hanya mampu ia simpan di dalam hati karena Rafa tak pernah memberinya kabar. Sekedar menghubungi rumahpun pria itu tak pernah. Hingga pada akhirnya Freasha hanya bisa mendoakan semoga dia baik-baik saja, dimanapun dia berada.  “Nyonya, sarapannya sudah siap...”, suara Lucy terdengar dan berhasil mengagetkan Freasha yang seperti biasa tengah duduk termenung di tepian jendela.  Freasha mengangguk. “Terimakasih Luce”, katanya, kemudian membawa kursi rodanya bergerak menuju rua

My Perfect Toy : (Not) Jealous II - Part 3

Image
“Ya, sayang... Ya, aku mengerti. Nanti aku hubungi lagi ya, bye...”, Dany menutup ponsel dan memasukkan benda itu ke dalam saku jasnya. Pandangannya lantas tertuju pada Rafa.  “Tumben kau baru keluar jam segini?”, tanya Dany.  “Aku bosan dirumah”, sahut Rafa sekenanya.  “Yakin karena bosan? Bukan karena hal lain?”  Mendengar pertanyaan Dany, Rafa lantas memberikan tatapan tajam pada pria itu. “Lalu mau mu karena apa?”, tanyanya. Padahal tanpa bertanya pun, Rafa mengerti arah pembicaraan sahabatnya itu.  “Karena Freasha, mungkin?”, sahut Dany dengan tampang polos.  Rafa mengalihkan wajah dan menghembuskan napas kesal. Ia sadar telah memilih tempat yang salah. Tak seharusnya ia bertemu Dany di saat seperti ini, karena pria itu tak pernah bisa membungkam bibirnya untuk mengatakan hal-hal yang berhubungan dengan Freasha. Dan itu benar-benar menyebalkan untuk Rafa.  Tapi mendengar nama itu, mau tak mau membuat Rafa memikirkannya. Terlebih mengingat luapan perasaaan Freasha padanya sebelum i