Posts

Showing posts from June, 2015

My Perfect Toy : What's Wrong With Him - Part 2

Image
Entah mendapat dorongan dari mana, Rafa mengangkat tubuh mungil Freasha. Ia membaringkannya di ranjang. Sejenak ia memandangi wajah gadis itu dan tersadar akan sesuatu.  Benar kata Dany. Freasha memang cantik. Meski terlihat begitu polos tanpa polesan make up, namun justru itu yang membuat kecantikan gadis itu tampak lebih. Tampak alami. Jauh berbeda dengan gadis-gadis yang selama ini bergelayut manja di lengannya. Mengapa Rafa baru menyadarinya?  "Oh astaga, sejak kapan aku berpikiran seperti ini?", Rafa mengusap wajahnya frusatasi. Mengingat ia sudah melakukan hal yang sangat aneh hari ini. Masuk ke kamar Freasha. bahkan mengangkat gadis itu ke ranjangnya. Hal yang tak pernah dipikirkan oleh Rafa sebelumnya.  Cepat-cepat Rafa berbalik sebelum pikirannya menjadi semakin aneh lagi. Namun sebelum sempat melangkahkan kaki, Rafa kembali mematung. Pandangannya tertuju pada lukisan Freasha. Tadi Rafa tidak begitu memperhatikan lukisan itu karena terhalang tubuh Freasha, namun kini

My Perfect Toy : What's Wrong With Him - Part 1

Image
Freasha menggerakkan kursi roda menuju kamarnya. Kata-kata Rafa terasa menyakitkan dan ia butuh melakukan sesuatu untuk melampiaskan rasa sakit itu. Melukis. Ya, kegiatan itu yang biasa dilakukan oleh Freasha untuk meredam rasa marah dan sakit yang selalu menyerang hatinya tiap kali selesai berhadapan dengan Rafa. Pria itu, entahlah. Freasha tidak mengerti apa yang ada di dalam pikirannya.  Ia selalu bertingkah semaunya. Selalu mengucapkan kata yang menyakiti Freasha. Dan selalu membenci Freasha. Entah sampai kapan ia akan menyimpan rasa itu. Tidak masalah bagi Freasha jika Rafa membencinya. Karena ia tahu, segala yang dialami oleh Rafa, mulai dari kehilangan sang Bunda hingga harus menikah dengan gadis lumpuh seperti dirinya, semua disebabkan oleh Freasha. Wajar jika Rafa marah padanya.  Tapi bagaimana pun, Freasha hanyalah manusia biasa. Harus sampai kapan ia menahan rasa sakit akibat perlakuan Rafa? Harus berapa dalam luka yang dirasakannya akibat kata-kata yang keluar dari bibir pr

My Perfect Toy : (Not) Jealous I - Part 2

Image
Rafa tengah menerawang menatap langit-langit diatasnya ketika pintu kamarnya terdengar dibuka. Dengan seketika ia menoleh dan mendapati Lucy melangkah masuk ke dalam. Gadis itu membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih. “Dimana Freasha?”, tanya Rafa. Ia berpikir Freasha akan turut mengantarkan makanan untuknya. Dan saat melihat Lucy muncul sendirian, pria itu merasa heran. “Nyonya sedang kedatangan tamu Tuan”, sahut Lucy seraya meletakkan nampan pada nakas di sebelah tempat tidur Rafa. Rafa mengerutkan dahinya. “Tamu?”, tanyanya bingung. Tentu Rafa merasa bingung. Ini kali pertama dia mendengar ada tamu yang ingin menemui Freasha. Lucy mengangguk. “Lelaki atau perempuan?”, tanya Rafa lagi. “Lelaki Tuan”, Sahut Lucy. Membuat Rafa semakin merasa heran. Freasha? Bertemu lelaki? Apakah itu kekasihnya? Benak Rafa dipenuhi berbagai pertanyaan. Ia bahkan tak menyadari saat Lucy permisi keluar dari kamarnya. Rafa menerawang. Memikirkan siapa lelaki yang tengah ditemui Freasha

My Perfect Toy : (Not) Jealous I - Part 1

Image
Freasha menjalankan kursi roda memasuki kamarnya. Kemarahan Rafa telah membuat selera makan Freasha lenyap, terbang entah kemana. Yang diinginkan gadis itu saat ini adalah menyendiri demi menenangkan diri. Seperti yang biasa ia lakukan. Tatapan Freasha tertuju pada sebuah bingkai foto yang berdiri tegak pada nakas. Perlahan tangannya terulur demi meraih foto itu. Foto pernikahannya. Foto saat Rafa memasangkan cincin pada jari manis Freasha disebelah pembaringan ibundanya, Lina Marhaendra. Dan seketika sebulir kristal lolos dari sudut mata Freasha. Dadanya terasa sesak, penuh akan rasa sakit yang menghujam disana. Entahlah, sudah berapa kali Freasha menangis. Entah sudah berapa banyak air mata yang harus dikeluarkannya. Susah payah ia bertahan untuk selalu berada di sisi Rafa. Namun semua terasa sama saja. Selalu meyakitkan. Selalu membuatnya merasa jatuh dalam lubang luka yang paling dalam. Di dalam kamarnya, dengan kesendiriannya, Freasha terisak. Bahunya berguncang hebat. Melampiaska

My Perfect Toy : Damn! - Part 3

Image
“Sudah Nyonya, biar aku saja...” “Tidak apa Lucy. Biarkan aku membantumu.” “Tapi aku bisa mengerjakannya sendiri Nyonya. Sebaiknya Nyonya istirahat saja.” Percakapan kedua wanita itu membuat langkah Rafa yang nyaris masuk ke kamarnya terhenti. Sejenak ia berjalan menuju dapur. Disana, ia melihat Freasha tengah membantu Lucy memasak. Lama Rafa memandanginya, entah apa yang membuatnya melakukan hal tersebut, dia sendiripun tidak mengerti. Hanya saja matanya terasa sulit dialihkan dari gadis berambut panjang itu. Freasha tampak tengah tersenyum sembari membantu Lucy memotongi sayuran. Rafa masih mematung memandanginya sampai akhirnya Freasha menoleh. “Rafa, kau sudah pulang?”, tanya gadis itu dengan Wajah yang tampak terkejut. Rafa kontan tergagap. Ia berdehem sejenak demi menyembunyikan kegugupannya yang tertangkap tengah memandangi Freasha, “Hm, ya.” Freasha segera memutar kursi rodanya untuk menghampiri Rafa. “Mandilah, kau kelihatan lelah. Aku akan membuatkan teh untukmu”, Kata Freash

My Perfect Toy : Damn! - Part 2

Image
“Kau ini mengapa menanyakan hal seperti itu sih, Him?”, gerutu Reza seraya menatap Hima dengan kesal. “Loh, memang apa salahnya? Kalau orang sudah menikah kan pasti pada akhirnya akan punya anak.”, Hima menjawab dengan wajah tanpa dosa. Freasha mengulum senyum. “Belum, Him. Mungkin belum saatnya.”, sahutnya kemudian. Meski merasa kaget, namun Freasha sadar. Wajar Hima menanyakan hal seperti itu, mengingat Freasha belum menceritakan apapun padanya. Ya, Freasha sengaja tidak memberitahukan yang sebenarnya pada Hima. Ia tidak ingin gadis itu mengkhawatirkan dirinya. ==== Rafa tengah berkutat dengan berkas-berkas pekerjaan ketika tiba-tiba pintu ruangannya terdengar diketuk. Pria itu mengangkat wajah sedikit demi melihat Mary, sekretarisnya yang berdiri di ambang pintu. “Permisi pak, ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak...”, kata Mary. Wajahnya tampak menahan takut. “Siap—“ “Hai Babe!” Belum lagi Rafa sempat melanjutkan pertanyaannya, seorang wanita telah berseru sembari melenggang mem

My Perfect Toy : Damn! - Part 1

Image
Sejak mengalami kelumpuhan pada kakinya, Freasha memiliki kegemaran baru. Melukis. Ya, Freasha senang melukis. Sebenarnya ia telah menyenangi kegiatan itu sejak SMP, namun terhenti saat ia beranjak SMA. Saat dimana waktunya tersita untuk bersekolah sambil bekerja. Ayah Freasha telah meninggal dunia kala gadis itu masih berumur tujuh tahun, dikarenakan penyakit pneumonia yang menggerogoti tubuhnya. Sedangkan ibu Freasha menyusul sepuluh tahun kemudian, tepatnya kala Freasha duduk di bangku kelas 1 SMA. Sejak saat itu, Freasha hidup sebatang kara. Ia harus mengusahakan sendiri segala keperluannya, termasuk biaya sekolah dan hidupnya. “Nyonya,” panggilan Lucy yang terdengar dari ambang pintu kamarnya mengagetkan Freasha. Sejenak ia mengangkat tangan dari atas kanvas demi menatap wajah pengurus rumah tangganya itu. “Ada tamu yang datang, mereka ingin bertemu Nyonya.” Lanjut Lucy, membuat Freasha mengerutkan dahinya. “Tamu...?” tanya gadis itu bingung. Sungguh, Freasha merasa heran. Tidak b

My Perfect Toy : Hate - Part 3

Image
"Kamu tidak sarapan dulu?" "Tidak, aku tidak lapar.", sahut Rafa menanggapi pertanyaan Frea dengan dingin dan berjalan menuju keluar tanpa melirik Frea sekalipun. “Tidak mau membawa bekal? Aku akan menyiapkannya kalau kau mau.” Tanya Frea, masih tidak menyerah. Rafa lantas berbalik. Ditatapnya Frea setajam mungkin. “Apa-apaan kau? Kau pikir kau siapa, hah? Ibuku? Dan kau pikir aku ini anak kecil yang masih harus membawa bekal kemana-mana?” cecar Rafa dengan suara meninggi. Frea terhenyak. Oh tidak, harusnya ia sudah terbiasa menerima reaksi Rafa yang selalu seperti ini. “Bukan begitu maksudku, Rafa. aku hanya berpikir..." “Berhenti memikirkanku. Itu sama sekali tidak akan merubah pandanganku terhadapmu.” Setelah mengatakan kalimat menyakitkan itu Rafa berbalik dan melangkahkan kakinya lebar-lebar meninggalkan Frea. Membuat gadis itu hanya bisa menghela napas. Sungguh, dia benar-benar tidak tahu lagi bagaimana cara menghadapi Rafa. Entah apa lagi yang harus dila

My Perfect Toy : Hate - Part 2

Image
Frea menatap Rafa yang sedang tertidur pulas. Dia seperti melihat Rafa yang lain disana. Bukan Rafa yang membencinya. Rafa yang selalu bersikap kasar padanya. Tapi Rafa dengan wajah yang lembut dan membuat hati setiap orang yang melihatnya merasa tenang. Rafa yang saat ini sedang Frea lihat tampak seperti sosok Malaikat yang dapat menenangkan hatinya. Frea dapat merasakan hangat hanya dari melihat wajah Rafa saat ini. Iya, Rafa yang ini memang orang yang sama dengan Rafa yang biasanya. Hanya saja dengan ekspresi yang berbeda. Rafa yang biasanya di lihat oleh Frea adalah Rafa yang tidak mempunyai perasaan. Penuh dengan kata - kata kasar dan selalu menyalahkannya. "Kenapa kau melihat wajahku dengan ekspresi seperti itu?", tiba - tiba saja Rafa bersuara dan membuka sedikit matanya. Frea terkejut dan langsung menjauhkan kursi rodanya dari ranjang Rafa secara reflek. "Ma.. Maaf.. Aku hanya ingin membangunkanmu. Bukankah seharusnya sekarang kau sudah ada di kantor? Sekarang su

My Perfect Toy : Hate - Part 1

Image
Flashback... "Mau kemana sha??" Suara seorang wanita tiba - tiba terdengar dari arah ruang TV mengagetkan Frea dan menghentikan langkahnya yang akan melewati pintu. Saat Frea menoleh terlihatlah Ella, sahabatnya yang menatap Frea dengan wajah penasaran. "Mau ke supermarket depan El. Kamu mau nitip sesuatu?", jawab Frea. "Tidak, pergilah dengan hati - hati sha.", jawab Ella setelah menggelengkan kepalanya. "Siap bos. Makasih ya.", sahut Frea dengan senyum dan melanjutkan langkah kakinya keluar. Supermarket yang dituju Frea tidak terletak jauh dari rumah kontrakkannya. Dia hanya perlu keluar dari gang dan menyebrang satu kali. Frea sangat bersyukur karena mendapatkan rumah kontrakan di tempat yang strategis. Letaknya sangat mudah untuk di hafalkan dan dekat dengan tempat - tempat penting yang membuatnya mudah jika ingin membeli sesuatu atau ingin pergi kemanapun. Setelah melihat kanan dan kiri dan dirasa telah aman. Frea menyebrang dan mulai melang

My Perfect Toy : Prolog - Part 2

Image
"Memangnya kau pikir kau siapa? Berani - beraninya mengaturku.", jawab Rafa dengan memincingkan alis kanannya. "Aku ini istrimu Rafa. Jika kau memang tidak bisa menganggap aku sebagai istri, setidaknya anggaplah aku sebagai temanmu." "Teman? Maksudmu aku harus berteman dengan pembunuh Bunda? Apa kau sudah gila?", jawab Rafa dengan tawa yang bernada mengejek dan menghina wanita yang sedang berada di depannya. Frea menunduk. Dia berusaha menahan airmatanya yang sudah menggenang di kelopak mata indahnya. Frea tidak ingin terlihat lemah di depan Rafa. Dia tidak ingin Rafa merasa telah berhasil menyakitinya. Padahal sebenarnya Rafa berhasil, bahkan selalu berhasil. Apapun kata yang dikeluarkan dari bibir Rafa, selalu saja dapat membuat hati Frea merasa teriris - iris dan merasakan pedih. "Dengarkan aku wanita cacat. Bagiku kau hanyalah sebuah mainan. Hanya dapat membahagiakan orang lain jika dimainkan. Kau tidak bisa membuat aku senang dengan usahamu sendi

My Perfect Toy : Prolog - Part 1

Image
Rizki Rafael Mahendra adalah seorang pria tampan dan mapan berusia 24 tahun. Dia adalah seorang petualang cinta sejati. Tidak pernah serius dalam suatu hubungan, selalu menganggap bahwa cinta adalah sebuah permainan yang bisa berakhir kapan saja dan dapat memulai semuanya dari awal dengan mudah. Hingga suatu saat Ibunda Rafa mengalami kecelakaan. Sebelum meninggal, beliau meminta suatu permintaan terakhir yang sangat mengejutkan untuknya. Rafa harus menikahi Frea. Gadis cantik tetapi lumpuh. Satu - satunya korban yang selamat pada kecelakaan itu. Untukku, dia hanyalah sebuah mainan. Bisa membuat orang lain bahagia karena keberadaannya, tapi tidak dapat melakukan apa - apa. - Rizki Rafael Mahendra Aku tidak pernah menyesali pernikahan ini. Aku percaya semua sudah diatur oleh-Nya. - Freasha Heart Ville ===== Malam telah semakin gelap. Tidak seperti biasanya, hari ini tidak terlihat bulan yang menghiasi langit. Mendung. Hanya suara lirih air yang jatuh dari langit terdengar, membuat suasa