My Perfect Toy : Pregnancy - Part 2


Sebelum pergi, Rafa menemukan secarik kertas di atas meja makan. Isinya adalah beberapa pesan yang mengingatkan Rafa untuk tetap menjaga kesehatan, makan dengan teratur dan istirahat yang cukup. Siapa lagi yang menulisnya jika bukan Freasha. Gadis itu, entahlah. Padahal Rafa selalu terang-terangan menunjukkan kebencian padanya. Sengaja mengucapkan kata-kata yang menyakiti hatinya. Namun dia seolah tak peduli dengan bendera perang yang dikibarkan oleh Rafa. 

Freasha tetap memperlakukan Rafa layaknya seorang istri memperlakukan suaminya. Membuat Rafa kian hari kian kacau. Tentu saja, akibat pergolakan aneh yang belakangan timbul memenuhi hati dan pikirannya. Namun Rafa tetap berusaha membentengi dirinya untuk tidak terpengaruh akan sikap gadis itu. Dan ia juga harus membunuh dalam-dalam keinginan hatinya untuk memberi kabar pada Freasha. 

Tetapi meski demikian, Rafa selalu memantau keadaan orang-orang di rumahnya. Ia membayar seseorang untuk selalu mengawasi mereka. Untuk segera memberinya kabar jika terjadi apa-apa. Rafa sendiri tidak tahu mengapa ia harus repot-repot melakukan hal itu. Yang ia tahu, ia hanya ingin memastikan keadaan orang-orang di rumahnya baik-baik saja. Lagi-lagi, terutama Freasha. 

Rafa membuang napasnya dengan keras. Untuk kesekian kali hatinya dihantam kecamuk hebat. Mengapa sekarang perasaannya sedikit berubah pada Freasha? 

==== 

Freasha membeku di atas kursi roda. Tubuhnya menegang. Tangannya bergetar memegang sebuah benda. Benda yang biasa digunakan oleh para wanita untuk memeriksakan kehamilan. Tadi ia meminta bantuan Lucy untuk membelikan benda tersebut. Dan setelah menggunakannya, kini Freasha mematung melihat hasil yang diperolehnya. 

Benda tersebut menampilkan dua garis merah. Wanita manapun pasti tahu arti dari keberadaan dua garis tersebut. Freasha positif hamil. Tentu saja, itu membuatnya merasa kaget luar biasa.

Meski seharusnya ia tak perlu merasa demikian, sebab ia tahu ini adalah resiko yang akan diterimanya, sebagai akibat dari perbuatan Rafa padanya malam itu. 

Sebulir kristal lolos dari sudut mata Freasha. Berbagai perasaan berkecamuk dalam benaknya. Meski merasa bahagia menyadari ada kehidupan baru di dalam perutnya, Freasha juga merasa takut. Bahkan terlalu takut saat membayangkan reaksi Freasha jika mengetahui perihal kehamilannya. Rafa tentu tidak mengingat apa yang telah ia lakukan pada Freasha di malam itu. Lalu... bagaimana Freasha harus memberitahunya? Akankah pria itu mempercayainya? 

“Nyonya, anda baik-baik saja?”, suara Lucy kembali terdengar dari balik pintu kamar mandi, mengagetkan Freasha yang tengah memandang gamang testpack di tangannya. Cepat-cepat Freasha menyembunyikan benda itu ke dalam saku baju. Ia memutar kursi rodanya berbalik dan membuka pintu demi mendapati Lucy yang tengah berdiri tepat di ambangnya. 

“Ya Luce, aku baik-baik saja", sahut gadis itu seraya berusaha untuk tersenyum. 

Lucy dapat menangkap keanehan pada raut wajah Freasha. Majikannya itu tampak sedang menyembunyikan sesuatu. Namun meski demikian, ia enggan untuk bertanya karena menyadari posisinya sebagai pengurus rumah tangga. Tentu ia tidak berhak mencampuri urusan sang majikan. 

“Nyonya ingin kembali ke kamar?”, tanya Lucy. 

Freasha mengangguk. Melihat itu, Lucy dengan segera mendorong kursi roda Freasha menuju kamarnya.

====

Akhir-akhir ini Freasha tampak berubah. Ia menjadi pendiam dan lebih senang mengurung diri di kamar. Membuat Lucy merasa heran sekaligus bingung. Biasanya, Freasha sangat senang membantu Lucy berkutat di dapur. Lalu setelahnya, gadis itu akan menghabiskan waktu santai dengan duduk di tepian jendela, membuang pandangan ke taman di samping rumah mereka.

Tapi akhir-akhir ini Freasha benar-benar berbeda. Tepatnya setelah ia meminta bantuan Lucy untuk membelikannya sebuah testpack dua hari yang lalu. Saat itu berbagai pikiran berkecamuk dalam benak Lucy. Apakah mungkin majikannya itu hamil? Dan seketika, peristiwa malam di saat dirinya menemukan Freasha tergeletak di depan pintu kamarnya sekitar satu bulan yang lalu kembali melintas di ingatan Lucy. Mungkinkah...?

Bersambung ke My Perfect Toy : Pregnancy - Part 3

Comments

Popular posts from this blog

Balada Anak Desa – Part 13

Cerita bersambung: Jangan panggil aku tuan muda part 44

Cerita Dewasa: Dibalik Jilbab Nurjanah dan Aisyah