Posts

Showing posts from August, 2015

My Perfect Toy : The Truth - Part 3

Image
Rafa berjalan memasuki rumah dengan langkah gontai. Ia sudah berusaha mencari Freasha seharian ini, tetapi tak berhasil menemukan wanita itu dimanapun. Rafa juga sudah meminta salah satu orang kepercayaannya untuk mencari tahu tentang Reza, tetapi belum ada kabar sama sekali hingga saat ini. Membuat pria itu kian merasa frustasi. Bingung kemana lagi harus mencari istrinya. Rafa menghempaskan tubuhnya ke atas sofa. Tangannya terangkat, memijit pelipisnya yang akhir-akhir ini sering terasa sakit. Pria itu merasa lelah. Lelah pada hati dan pikirannya. Saat ia berusaha memejamkan mata, tiba-tiba saja ponsel pada sakunya bergetar. Dengan segera Rafa meraih benda itu. “Hallo?", sapa Rafa pada seseorang di seberang. "......" "Benarkah?" "......" "Apa kau yakin?" "......" "Baiklah, terimakasih” Setelah pembicaraan berakhir, Rafa segera menutup flip ponselnya. Dengan cepat ia meraih jaket dan kembali melangkah keluar dari rumah. ==== “

My Perfect Toy : The Truth - Part 2

Image
Rafa menepikan mobilnya pada taman yang berada di pusat kota. Di taman inilah Rafa melihat Reza dan Freasha berpelukan beberapa hari yang lalu. Dan saat ini Rafa sangat berharap mereka sedang berada di taman ini karena dirinya tidak mengetahui dimana alamat Reza. Tidak mengetahui kemana pria itu membawa istrinya. Rafa bergerak keluar dari mobil dengan cepat. Setengah berlari ia menyusuri taman itu, menyapu sekeliling dengan pandangan mata. Tetapi sayang, ia sama sekali tidak menemukan tanda-tanda keberadaan mereka. Hampir satu jam lamanya pria itu mengitari seluruh penjuru taman tersebut, dan pada akhirnya ia hanya mampu terduduk lemas pada bangku yang berada di tepi danau. Sejenak Rafa memandang danau itu. Ingatannya memutar ulang saat dimana ia melihat Reza dan Freasha berpelukan. Dan untuk kesekian kali Rafa merasakan hatinya teriris. Pria itu lantas mengusap wajahnya seraya mendesah panjang. Dengan lunglai Rafa kembali ke tempat dimana mobilnya terparkir. Ia masuk ke dalam mobil te

My Perfect Toy : The Truth - Part 1

Image
Rafa memacu laju mobilnya sekencang mungkin. Saat ini pikirannya benar-benar terpusat pada satu nama, Freasha. Penjelasan Lucy beberapa jam yang lalu telah membuka pintu hati dan pikiran Rafa, menyadarkannya pada satu hal, bahwa dirinya nyata-nyata telah bersalah. - Flashback - “Maaf, Tuan…”, suara Lucy terdengar mengagetkan Rafa yang nyaris memejamkan mata.  “Ada apa?”, tanya pria itu dengan nada dingin. “Ada yang ingin saya sampaikan pada Tuan… Tentang Nyonya Freasha…” Rafa terperanjat. Dengan cepat ia menegakkan tubuhnya. “Ada apa dengan Freasha?”  “Sebenarnya, Nyonya Freasha… “, Lucy menarik napas gugup sesaat seraya memilin-milin ujung kemejanya, “Mengandung anak dari Tuan Rafa…” Rafa membeku. “Apa maksudmu?”, tanya pria itu. “Apa yang dikatakan Nyonya Freasha tentang bayi yang ada di dalam kandungannya itu benar adanya Tuan. Saya sendiri yang menjadi saksinya. Semuanya terjadi sekitar satu bulan yang lalu, sebelum keberangkatan Tuan Rafa keluar kota... Pada malam itu…” Dan mengal

My Perfect Toy : Dilemma - Part 5

Image
Dany terbelalak kaget. “Pergi? Pergi kemana? Bagaimana bisa?” Rafa menghela napas sejenak. Ia tahu, dirinya tak bisa selamanya menghindari Dany. Bagaimanapun, pria itu adalah sahabatnya. Kesadaran akan hal itu membuat Rafa memutuskan untuk menceritakan semuanya pada Dany. Lalu mengalirlah kisah itu, dimulai dari saat dimana Rafa melihat Freasha diantar pulang oleh pria yang diakui sebagai sahabatnya. Sampai pada malam dimana gadis itu mengatakan bahwa dirinya tengah mengandung. Yang membuat Rafa kian marah, Freasha mengakui bayi itu sebagai benih Rafa. Jelas pria itu tidak percaya, sebab ia merasa tidak pernah menyentuh Freasha. “Jadi maksudmu Freasha berselingkuh?”, tanya Dany dengan ekspresi wajah kaget yang diikuti oleh anggukan kepala Rafa. “Lalu sekarang dia sedang mengandung bayi hasil perselingkuhannya dan mengakuinya sebagai anakmu?”, tambah Dany dan lagi-lagi Rafa mengangguk. “Begitu ya… Tapi rasanya aku tidak yakin…”, Dany tampak berpikir. Rafa melotot pada Dany. “Apa maksudm

My Perfect Toy : Dilemma - Part 4

Image
“Seharusnya kau tidak perlu melakukan ini. Aku bisa membuat susu untuk diriku sendiri”, kata Freasha sembari meraih segelas susu yang diberikan Reza. “Tidak mungkin aku membiarkanmu sendiri Freasha. Kalau nanti kau terkena air panas bagaimana?”, kilah pria itu. Freasha menghela  napas jengah. “Aku bisa meminta bantuan Anna atau Anni” “Lalu apa bedanya meminta bantuan mereka, dengan meminta bantuanku?”, tanya Reza. Freasha terdiam. Ia sadar tak ada gunanya melawan Reza. Pria itu memiliki segudang jawaban yang mampu membuat Freasha bungkam pada akhirnya. ==== Rafa tengah tertidur dengan pulas. Dadanya yang bidang bergerak naik turun seirama  dengan hembusan  napasnya yang teratur. Dalam tidurnya Rafa tengah bermimpi. Ia melihat Freasha tengah bercanda tawa dengan seorang pria di sebuah taman. Wanita itu tertawa begitu lepas. Dan untuk pertama kalinya, tawa wanita itu terdengar begitu indah di telinga Rafa meskipun bukan tercipta karena dirinya. Rafa memandang pasangan itu dengan geram. T

My Perfect Toy : Dilemma - Part 3

Image
Rafa mendengus. Begitukah yang dinamakan sahabat? Berpelukan berdua di tengah taman? Pria itu merutuk di dalam hati. Cukup lama ia memandangi mereka sampai akhirnya memilih mengalihkan wajah karena merasa jengah. Dengan emosi yang mulai naik memenuhi seisi kepalanya, Rafa  kembali menyalakan mesin mobil. Tak ingin melihat lebih lama, dengan segera ia melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu. “Oh my… tak kusangka wanita yang kelihatan begitu polos itu ternyata…”, Alice mulai mempengaruhi Rafa yang terlihat panas akibat pemandangan tadi. “Berani sekali dia mengkhianatimu. Benar-benar wanita cacat tidak tahu diri” Rafa diam, tak menyahuti ocehan gadis itu. “Bukannya bersyukur masih ada pria yang mau menikahinya, malah berselingkuh dengan pria lain. Ckckck… sebaiknya kau ceraikan saja dia. Untuk apa kau tetap mempertahankan  wanita cacat berkelakuan iblis seperti itu?” Ciiittttt… Rafa kembali menginjak rem mendadak, membuat ban mobil berhenti seketika. Alice yang merasa kaget kontan mena

My Perfect Toy : Dilemma - Part 2

Image
“Reza, aku…”, Freasha mengusap airmatanya yang menitik perlahan. “Aku…”, sungguh wanita itu merasa tidak memiliki kekuatan untuk melanjutkan kalimatnya. Ia tahu, kata-kata yang akan keluar dari bibirnya tentu akan menyakiti hati Reza. “Aku mengerti perasaanmu", potong Reza akhirnya. “Kau pasti merasa terkejut dengan semua ini. Tidak perlu dijawab sekarang. Aku akan menunggu, sampai kau siap memberikan jawaban untukku”. Perlahan Reza mengangkat tangannya, menghapus airmata yang menetes membasahi pipi Freasha. “Sudah, jangan menangis. Kau lebih cantik kalau tersenyum”, ucap pria itu dengan lembut. Freasha tersenyum. Ia merasa bahagia memiliki sahabat seperti Reza. Pria yang menjadi temannya sejak remaja hingga tumbuh dewasa. Pria yang menemaninya di masa-masa tersulit dalam hidupnya. Dan mengingat hal itu membuat Freasha tanpa sadar memajukan tubuhnya, menubruk dada Reza yang bidang. Membuat pria itu terbelalak, merasa terkejut menerima perlakuan Freasha yang tiba-tiba. “Terima kasi

My Perfect Toy : Dilemma - Part 1

Image
Rafa tengah duduk pada kursi kebesarannya. Ia tampak sedang berkonsentrasi memeriksa berkas-berkas pekerjaan, ketika pintu ruangannya terdengar di ketuk. “Masuk”, sahut pria itu dengan nada enggan. “Permisi Tuan, ada ta—“ "Hi Babyyyyy...!!!!" Belum sempat Karen melanjutkan kalimatnya, seorang wanita tiba-tiba saja melewati gadis itu, melenggang masuk ke dalam ruang kerja Rafa. Wanita itu sangat cantik. Ia mengenakan mini dress hitam berpotongan dada rendah, seolah ingin mengekspos bentuk tubuhnya yang indah. Alice. Melihat gadis itu membuat Rafa menghela napas jengah. Ia memijit pelipis dengan raut wajah lelah. Sungguh, kehadiran Alice dipastikan dapat memperparah kelelahannya. “Baby, I miss you so bad…”, ucap Alice dengan nada manja sembari mengalungkan lengannya pada pundak Rafa. Membuat Karen yang masih berdiri di ambang pintu menelan ludah dengan ekspresi jijik, lantas memutuskan keluar dari ruangan tersebut. Rafa tak menggubris ucapan Alice. Ia tetap berkonsentrasi pada