My Perfect Toy : Another Love - Part 2


Rafa menghempaskan tubuhnya pada sandaran sofa. Pria itu baru saja menyelesaikan rapat dengan salah satu klien penting, namun sialnya sepanjang rapat berlangsung ia tidak mampu berkonsentrasi sama sekali. Pikirannya benar-benar kacau, hingga ia harus menahan malu karena beberapa kali tertangkap tengah melamun dan tidak fokus pada pembicaraan. Syukurlah, rapat tersebut tidak berlangsung begitu lama. Kini ruangan telah sepi, hanya tersisa Rafa serta Dany yang merasa perlu meminta kejelasan dari pria itu atas perilaku anehnya sepanjang rapat tadi.

“Sebenarnya apa yang terjadi denganmu?”, Dany bertanya seraya menatap Rafa dengan tajam.

“Apa maksudmu?”, Rafa berpura-pura tidak mengerti arah pembicaraan Dany.

Dany mengangkat sedikit sudut bibirnya. “Rafa, Rafa. Kau masih saja melupakan siapa aku. Apa perlu aku menjelaskan kepadamu kalau aku adalah orang yang paling mengenalmu kawan?”, Dany menyilangkan kedua tangannya di depan dada. “Berhenti berpura-pura Rafa. Aku tahu ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu”

Rafa menatap Dany sejenak lalu mengalihkan wajah. Saat-saat seperti ini sungguh menyebalkan baginya. Meski Dany adalah sahabat terbaik yang ia miliki, Rafa masih belum siap menceritakan permasalahannya pada pria itu. Terlebih pusat masalahnya saat ini adalah Freasha, istri yang tak pernah diakui olehnya. Rafa merasa belum siap mendengar ocehan Dany yang pasti hanya akan menyudutkan dirinya.

"Tidak ada apa-apa", ucap Rafa kemudian seraya bangkit dari duduk dan memilih pergi dari tempat itu. Membuat Dany kian mengerutkan dahi, merasa bingung atas sikap sahabatnya itu.

====

Tanpa terasa waktu terus bergulir, dan satu minggu telah berlalu sejak perginya Freasha dari rumah Rafa. Jangan ditanya bagaimana kondisi hati Freasha. Meski Rafa kerap kali menyakitinya, nyatanya ia merindukan pria itu. Bertanya-tanya bagaimana keadaannya. Tak lupa pula menyebut nama Rafa dalam sela-sela doanya. Freasha selalu berharap agar Rafa baik-baik saja. Oh tidak, tentu pria itu baik-baik saja. Bahkan mungkin semakin membaik setelah perginya Freasha. Bukankah memang itu yang Rafa inginkan?

Sering kali kesendirian melarutkan Freasha dalam lamunan tentang Rafa. Tentang kehidupan pernikahan mereka yang berjalan tidak seperti seharusnya. Dan saat seperti itu biasanya Reza akan menghampiri gadis itu. Mengajaknya berbicara dan menceritakan lelucon-lelucon lucu untuknya. Hingga akhirnnya Freasha tertawa, dan perlahan melupakan kesedihannya. Ya, Reza bagaikan malaikat penolong untuk Freasha. Ia selalu berusaha membuat gadis itu tersenyum bahagia. Tak hanya itu, Reza juga berperan layaknya seperti suami yang selalu ada untuk Freasha. Memastikan segala kebutuhan gadis itu terpenuhi.

Seperti malam ini misalnya. Saat Freasha tengah bersantai sembari membaca majalah, Reza tiba-tiba muncul dan menghampiri gadis itu.
“Kau sudah pulang?”, tanya Freasha seraya menutup dan meletakkan majalah di atas meja. Beberapa jam yang lalu Reza izin keluar sebentar, mengatakan ada sedikit pekerjaan yang harus pria itu selesaikan di kantor.

Reza tersenyum. Tangannya terulur menyerahkan sebuah bungkusan kepada Freasha.

“Apa ini?”, Freasha menerima bungkusan itu dan menatapnya dengan dahi berkerut.

“Susu untuk ibu hamil. Tadi kebetulan aku lewat mini market, jadi singgah sebentar membelinya. Minum dengan teratur ya”, pesan Reza.

Freasha tertawa kecil. “Seharusnya kau tak perlu sampai repot-repot melakukan ini Reza”

“Aku tidak repot sama sekali", potong Reza cepat. "Justru aku merasa senang bisa melakukannya untukmu", tambah pria itu dengan tatapan lurus mengarah pada Freasha. Bibirnya melengkung, membentuk senyuman penuh arti.

“Terimakasih Za”, kata Freasha akhirnya.

Reza mengangguk. “Jika kau membutuhkan sesuatu, jangan sungkan meminta kepadaku. Mengerti?”

Lagi-lagi Freasha tertawa kecil. “Ya, aku mengerti”, sahutnya kemudian. Membuat Reza tidak mampu menahan diri untuk mengacak lembut kepala gadis itu.

Freasha tidak tahu jika tawa kecil yang keluar dari bibir tipis berwarna kemerahan miliknya mampu membuat hati Reza melonjak bahagia. Pria itu telah bertekad di dalam hati untuk membuat Freasha selalu tersenyum. Membuat gadis itu melupakan kesedihannya, dan perlahan menyadari jika ada sepotong hati yang selalu bersedia menunggu untuk dirinya. Bahkan sejak tujuh tahun lalu, saat hari-hari terasa penuh warna oleh persahabatan mereka.
Bersambung ke My Perfect Toy : Another Love - Part 3

Comments

Popular posts from this blog

Balada Anak Desa – Part 13

Cerita bersambung: Jangan panggil aku tuan muda part 44

Cerita Dewasa: Dibalik Jilbab Nurjanah dan Aisyah