My Perfect Toy : Prolog - Part 2



"Memangnya kau pikir kau siapa? Berani - beraninya mengaturku.", jawab Rafa dengan memincingkan alis kanannya.

"Aku ini istrimu Rafa. Jika kau memang tidak bisa menganggap aku sebagai istri, setidaknya anggaplah aku sebagai temanmu."

"Teman? Maksudmu aku harus berteman dengan pembunuh Bunda? Apa kau sudah gila?", jawab Rafa dengan tawa yang bernada mengejek dan menghina wanita yang sedang berada di depannya.

Frea menunduk. Dia berusaha menahan airmatanya yang sudah menggenang di kelopak mata indahnya. Frea tidak ingin terlihat lemah di depan Rafa. Dia tidak ingin Rafa merasa telah berhasil menyakitinya. Padahal sebenarnya Rafa berhasil, bahkan selalu berhasil. Apapun kata yang dikeluarkan dari bibir Rafa, selalu saja dapat membuat hati Frea merasa teriris - iris dan merasakan pedih.

"Dengarkan aku wanita cacat. Bagiku kau hanyalah sebuah mainan. Hanya dapat membahagiakan orang lain jika dimainkan. Kau tidak bisa membuat aku senang dengan usahamu sendiri. Kau tau mengapa ini tidak adil? Kau telah merebut satu - satunya keluargaku yang masih hidup. Dan aku yang harus bertanggung jawab atas kecacatanmu!", ucap Rafa dengan nada tinggi dan penuh emosi. Matanya memandang lurus kedepan untuk melihat wanita yang sedang ada di depannya.

"Jangan pernah bermimpi kau akan aku anggap sebagai istri. Itu hanya ada di dalam khayalanmu. Bahkan sampai matipun aku akan tetap membecimu!"

Setelah mengucapkan kata - kata itu, Rafa pergi meninggalkan Frea yang sudah tidak dapat membendung airmatanya. Setiap butiran air bening berhasil terjun bebas dari mata indah Frea.

Sungguh kata sakitpun tidak bisa menggambarkan rasa hati Frea saat ini. Perih, pedih, nyeri semua bahkan masih jauh lebih dari itu. Selama tiga bulan pernikahan mereka, inilah yang selalu Frea dapatkan. Kekasaran, keangkuhan, dan ejekan dari suaminya sendiri, Rafa.

Mungkin akan lebih baik jika Rafa menyiksa Frea secara fisik daripada menyiksanya secara batin seperti ini. Andai Rafa tau, bukan hanya dia yang tersakiti, tapi Frea juga. Frea kehilangan kedua fungsi kakinya. Dia jadi tidak bs melakukan sesuatu yang bisa dilakukan org lain. Dia kehilangan masa - masa mudanya. Diapun sudah tidak bisa menggapai cita - citanya. Iya, itu yang paling menyakitkan. Frea telah kehilangan masa depannya.

Bersambung ke My Perfect Toy : Hate - Part 1

Comments

Popular posts from this blog

Balada Anak Desa – Part 13

Cerita bersambung: Jangan panggil aku tuan muda part 44

Cerita Dewasa: Dibalik Jilbab Nurjanah dan Aisyah