My Perfect Toy : Hate - Part 1



Flashback...

"Mau kemana sha??"

Suara seorang wanita tiba - tiba terdengar dari arah ruang TV mengagetkan Frea dan menghentikan langkahnya yang akan melewati pintu. Saat Frea menoleh terlihatlah Ella, sahabatnya yang menatap Frea dengan wajah penasaran.

"Mau ke supermarket depan El. Kamu mau nitip sesuatu?", jawab Frea.

"Tidak, pergilah dengan hati - hati sha.", jawab Ella setelah menggelengkan kepalanya.

"Siap bos. Makasih ya.", sahut Frea dengan senyum dan melanjutkan langkah kakinya keluar.

Supermarket yang dituju Frea tidak terletak jauh dari rumah kontrakkannya. Dia hanya perlu keluar dari gang dan menyebrang satu kali. Frea sangat bersyukur karena mendapatkan rumah kontrakan di tempat yang strategis. Letaknya sangat mudah untuk di hafalkan dan dekat dengan tempat - tempat penting yang membuatnya mudah jika ingin membeli sesuatu atau ingin pergi kemanapun.

Setelah melihat kanan dan kiri dan dirasa telah aman. Frea menyebrang dan mulai melangkahkan kakinya di jalan yang masih basah karena hujan baru saja reda.

Namun tiba - tiba saja sebuah mobil berwarna merah melaju dengan kecepatan tinggi dari arah kirinya. Frea cukup terkejut dan tidak sempat menghindar karena terlalu kaget. Dan akhirnya kejadiaan naas itupun terjadi. Ya, tabrakan beruntun yang memakan banyak korban jiwa.

Kejadian yang membuat Freasha kehilangan fungsi kedua kakinya. Kejadian yang mengharuskannya melakukan kegiatan sehari - harinya ditemani dengan Kursi Roda. Dan kejadian yang membuatnya bertemu dengan seorang wanita paruh baya yang baik hati.

Lina Marhaendra. Wanita yang menabrak Frea dan bertanggungjawab untuk membiayai semua biaya pengobatan Frea. Bahkan wanita tersebut ingin menikahkan Frea dengan anaknya, Rizki Rafael Mahendra. Tentu saja Frea menolak, tetapi tidak dengan Rafa. Entah mengapa Rafa langsung menyanggupi permintaan Ibundanya itu, mungkin karena itu adalah permintaan Ibundanya yang terakhir untuknya.

Esok harinya setelah permintaan Ibunda Rafa terucap, Rafa melamar Frea di sebalah ranjang Rumah Sakit Ibundanya. Tidak ada pesta dan resepsi mewah karena mereka dinikahkan oleh Penghulu rumah sakit. Mereka bertukar cincin dengan disaksikan oleh para wali dan Ibunda Rafa. Yang paling mengagetkan adalah esok harinya setelah acara lamaran tersebut terlaksana. Ibunda Rafa menghembuskan nafas terakhirnya di ranjang rumah sakit. Mungkin karena keinginanannya melihat anak pertamanya menikah sudah terlaksana. Maka sang Ibunda bisa beristirahat dengan tenang.

Sejak saat itu hari - hari Freasha berubah 180 derajat. Bayangkan, dia menikah dengan pria yang tidak dikenalnya. Terlebih lagi pria itu membencinya karena dituduh telah membunuh Ibundanya. Sakit? Iya, itulah yang selalu dirasakan Frea. Dia bahkan sudah lupa bagaimana rasanya bahagia dan bagaimana caranya tertawa.

Tetapi Frea tidak mempunyai pilihan. Dia percaya bahwa apa yang sudah ditakdirkan untuknya adalah kehendak sang penciptanya. Terlebih lagi apa yang dikatakan oleh Ibunda Rafa membuatnya harus terus berada disisi pria itu. Apapun kondisi dan keadaan yang ada, dia harus bertahan dan bersama dengan Rafa.

Bersambung ke My Perfect Toy : Hate - Part 2

Comments

Popular posts from this blog

Balada Anak Desa – Part 13

Cerita bersambung: Jangan panggil aku tuan muda part 44

Cerita Dewasa: Dibalik Jilbab Nurjanah dan Aisyah