My Perfect Toy : (Not) Jealous I - Part 2


Rafa tengah menerawang menatap langit-langit diatasnya ketika pintu kamarnya terdengar dibuka. Dengan seketika ia menoleh dan mendapati Lucy melangkah masuk ke dalam. Gadis itu membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih.

“Dimana Freasha?”, tanya Rafa. Ia berpikir Freasha akan turut mengantarkan makanan untuknya. Dan saat melihat Lucy muncul sendirian, pria itu merasa heran.

“Nyonya sedang kedatangan tamu Tuan”, sahut Lucy seraya meletakkan nampan pada nakas di sebelah tempat tidur Rafa.

Rafa mengerutkan dahinya. “Tamu?”, tanyanya bingung.

Tentu Rafa merasa bingung. Ini kali pertama dia mendengar ada tamu yang ingin menemui Freasha. Lucy mengangguk.

“Lelaki atau perempuan?”, tanya Rafa lagi.

“Lelaki Tuan”, Sahut Lucy. Membuat Rafa semakin merasa heran. Freasha? Bertemu lelaki? Apakah itu kekasihnya? Benak Rafa dipenuhi berbagai pertanyaan. Ia bahkan tak menyadari saat Lucy permisi keluar dari kamarnya.

Rafa menerawang. Memikirkan siapa lelaki yang tengah ditemui Freasha. Seingat Rafa, wanita itu tidak mempunyai siapa-siapa. Kedua orangtuanya telah meninggal dunia, meninggalkan Freasha yang sejak lahir tidak memiliki saudara. Freasha hidup sendiri. Dan itu adalah salah satu alasan Ibunda meminta Rafa menikahi gadis itu. Karena ia sebatang kara, dan karena kelumpuhan pada kakinya.

Rafa meremas kepalanya. Merasa bingung mengapa dirinya begitu ingin mengetahui siapa pria itu. Freasha bertemu dengan siapapun, itu bukan hal penting kan? Dan bukankah seharusnya Rafa merasa senang? Jelas hal itu dapat mempermudah rencananya. Jika Freasha mencintai pria lain, maka gadis itu mungkin akan meminta bercerai dari Rafa. Dan ia tidak perlu repot-repot meminta gadis itu pergi dari kehidupannya.

Tapi mengapa Rafa justru tidak tenang? Ia sungguh ingin melihat pria itu. Ingin mengetahui rupanya, dan jati dirinya. Lalu dengan satu gerakan Rafa sudah bangkit dari pembaringan. Ia berjalan dengan cepat menuju ruang tamu.

Langkah Rafa kontan terhenti kala melihat Freasha tengah bercengkrama dengan seorang pria. Meski bukan seorang pemuja lelaki, Rafa mengakui pria itu tergolong tampan. Dan kini Freasha tampak tengah tertawa-tawa bersamanya.

Mendadak Rafa merasa kesal. Bahkan tanpa sadar tangannya mengepal. Rafa sendiri tidak tahu mengapa dirinya seperti itu. Yang ia tahu, ia tidak suka melihat mereka berdua. Melihat Freasha tertawa dengan raut ceria. Jauh berbeda dengan saat bersamanya.

Rafa masih mengawasi mereka hingga akhirnya pria itu berpamitan pada Freasha. Ia bahkan sempat mendengar pria itu berpesan pada Freasha untuk segera menghubunginya jika gadis itu membutuhkan sesuatu. Lalu ia pergi diantar oleh Freasha hingga ambang pintu. Gadis itu melambai padanya, bahkan tersenyum dengan sangat manisnya. Membuat Rafa berdecih tak suka.

Sekejap kemudian Rafa sudah melangkah mendekati Freasha, membuat gadis itu berjengit saking kagetnya.

“Rafa? bukankah kau seharusnya istirahat?”, tanya Freasha dengan nada bingung.

“Siapa pria itu?”, Rafa bertanya kembali tanpa menggubris pertanyaan Freasha. Mata elangnya menatap gadis itu dengan tajam.

“Oh, dia Reza. Sahabatku sejak SMA”

“Aku tidak peduli dia sahabat ataupun kekasihmu, yang jelas aku tidak suka melihat kau membawa pria lain ke rumah ini. Ini rumahku. Jangan membawa sembarang pria semaumu”, ucap Rafa dengan nada sinis. Sesinis tatapan yang dihujamkannya pada Freasha.

Gadis itu menghela napas dan menunduk kemudian. “Ya, aku mengerti”, jawabnya, lantas membawa kursi rodanya pergi, menjauh dari Rafa. Freasha sadar dirinya hanya menumpang di rumah Rafa. Wajar jika Rafa tidak menyukai teman pria Freasha datang ke rumahnya. Tapi apa Freasha yang mengundang Reza? Dirinya sendiri terkejut melihat kedatangan sahabatnya itu.

Rafa. Pria itu begitu membenci Freasha. Dan melakukan pembelaan diri sekeras apapun, tentu akan percuma.

====

Sepeninggal Freasha, Rafa membeku pada tempatnya. Berusaha menentramkan hati dan pikirannya yang seolah berperang. Pikiran Rafa selalu menginginkan untuk menyiksa Freasha dan menyakitinya. Namun hatinya justru berkata lain. Di dalam sana, Rafa merasakan perasaan yang aneh. Rasa iba. Dan kini ditambah dengan tak suka. Ya, tak suka melihat gadis itu berdekatan dengan pria lain. Oh ya ampun. Sejak kapan Rafa mulai merasa seperti ini?

Tidak. Tidak mungkin Rafa cemburu. Ia hanya tidak suka ada pria lain di rumahnya. Terlebih Freasha memiliki status sebagai istrinya. Ya, Rafa tidak cemburu. Ia hanya ingin dihargai oleh gadis itu.

Bersambung ke My Perfect Toy : What's Wrong With Him - Part 1

Comments

Popular posts from this blog

Balada Anak Desa – Part 13

Cerita bersambung: Jangan panggil aku tuan muda part 44

Cerita Dewasa: Dibalik Jilbab Nurjanah dan Aisyah